Quiet Quitting untuk Gen Z: Revolusi Diam-Diam di Dunia Kerja

 



Generasi Z (Gen Z) membawa perubahan besar dalam budaya kerja, salah satunya melalui fenomena quiet quitting. Berbeda dengan mengundurkan diri secara formal, quiet quitting adalah sikap di mana karyawan hanya memenuhi tanggung jawab dasar pekerjaan tanpa melakukan upaya ekstra seperti lembur tanpa bayaran atau mengambil tugas di luar job description.  


Bagi Gen Z, konsep ini bukan tentang kemalasan, melainkan pembatasan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Mereka menolak ekspektasi kerja berlebihan yang dianggap tidak sebanding dengan imbalan atau kepuasan hidup.  


Mengapa Gen Z Memilih Quiet Quitting?  


1. Prioritas Work-Life Balance  

Gen Z tumbuh di era di mana kesehatan mental dan kebahagiaan pribadi dianggap lebih penting daripada gila kerja. Mereka menyadari bahwa kerja keras tidak selalu berarti kerja cerdas, dan perusahaan tidak selalu menghargai dedikasi ekstra.  


2. Penolakan terhadap Hustle Culture  

Generasi sebelumnya mungkin bangga dengan jam kerja panjang, tetapi Gen Z melihatnya sebagai eksploitasi terselubung. Mereka lebih memilih efisiensi menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan punya waktu untuk diri sendiri.  


3. Pengaruh Media Sosial dan Kesadaran Hak Pekerja 

Platform seperti TikTok dan LinkedIn banyak membahas quiet quitting, membuat Gen Z semakin sadar bahwa mereka tidak harus mengorbankan diri untuk perusahaan. Mereka juga lebih kritis terhadap hak-hak pekerja, seperti upah lembur dan lingkungan kerja yang adil.  


4. Ketidakpuasan terhadap Sistem yang Tidak Berkembang  

Banyak Gen Z merasa bahwa perusahaan tradisional tidak memberikan ruang untuk berkembang atau hanya menawarkan gaji stagnan. Daripada frustrasi, mereka memilih quiet quitting sambil mencari peluang baru.  


Dampak Quiet Quitting bagi Perusahaan dan Karyawan  


✅ Keuntungan bagi Karyawan: 

✔️ Mengurangi stres dan burnout  

✔️ Punya waktu lebih untuk pengembangan diri  

✔️ Menghindari eksploitasi kerja tanpa kompensasi  


❌ Tantangan bagi Perusahaan: 

✖️ Produktivitas tim bisa menurun jika banyak yang sekadar cukup  

✖️ Perlunya evaluasi ulang budaya kerja yang toxic  

✖️ Risiko kehilangan talenta terbaik karena ketidakpuasan  


Masa Depan Quiet Quitting: Perlukah Khawatir?  


Quiet quitting sebenarnya adalah sinyal peringatan bagi perusahaan bahwa Gen Z menginginkan perubahan. Daripada melihatnya sebagai ancaman, perusahaan bisa memanfaatkannya untuk:  

🔹 Meningkatkan engagement karyawan dengan lingkungan kerja yang lebih manusiawi  

🔹 Menawarkan insentif yang adil (upah transparan, bonus, pengembangan karir)  

🔹 Menerapkan kebijakan kerja fleksibel (remote work, jam kerja yang lebih dinamis)  


Kesimpulan

Quiet quitting bukanlah gerakan malas, melainkan koreksi terhadap sistem kerja yang tidak seimbang. Gen Z mengajarkan bahwa pekerjaan bukan segalanya, dan hidup yang seimbang adalah kunci produktivitas jangka panjang.  


Perusahaan yang bisa beradaptasi akan mempertahankan talenta terbaik, sementara yang menolak perubahan mungkin akan ditinggalkan.  


Komentar